1. Teori Asam
Basa Arrhenius
Svante
August Arrhenius ( 1859 – 1927 ) dari swedia pada tahun 1887 mengemukakan teori ion untuk menjelaskan mengapa larutan zat- zat
dalam air dapat menghantarkan arus listrik.
Arrhenius menemukan bahwa zat – zat tertentu jika dilakrutkan dalam air
akan terurai menjadi bagian – bagian
yang bermuatan listrik. Karena zat – zat itu sebelum dilarutkan tidak
menghantarkan arus listrik ( netral ) , maka julah muatan positif zat itu
sebelum dilarutkan harus sama dengan jumlah muatan negatif . Partikel yang
bermuatan listrik disebut ion( menurut bahasa yunani artinya pengembara ), sebab ion bebas
bergerak dalam larutan. Ion positif
disebut kation sedangkan
ion negatif disebut anion.Adapun peristiwa terurainya zat –zat
dalam air disebut ionisasi,
dan zat – zat yang dalam air dapat terurai
menjadi ion –ion disebut elektrolit ( penghantar arus
listrik. Asam Basa termasuk ke dalam golongna zat elektrolit.
Sifat Asam Basa
Asam : Menurut
Arrhenius asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan
menghasilkan ion hidronium( H+ / H3O+ ) sebagai kation dan sisa asam sebagai anion.
Sedangkan basa adalah suatu zat bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidroksida ( OH– )
sedangkan sisa basanya sebagai kation.
Basa : Menurut
arrhenius Basa adalah zat – za jika dilarutkan dalam air dapat terionisasi menghasilkan ion hidroksida ( OH–)
sebagai anion dan sisa nya ion positif(kation). secara singkat dapat dikatakan bahwa keterbatasan teori Arrhenius adalah bahwa asam - basa hanyalah sebatas pada larutan berair (aqueus, aq) dan asam - basa adalah zat hanya menghasilkan H+ dan OH-.
2. Teori Asam Basa Bronted dan Lowry
Teori asam basa yang dikemukakan
Bronted dari Denmark dan T Lowry dari Inggris sangat berbeda dengan teori dari
arrhenius. Menurut Bronsted – Lowry yang
menitik beratkan pada Pemberi (donor) dan Penerima (aseptor) proton Hidrogen (H+).
Asam suatu zat yang dapat
memberikan(donor) proton Hidrogen (H+) sedangkan basa
suatu zat yang dapat menerima(aseptor) proton Hidrogen(H+ ) Kenyataan menunjukkan bahwa asam
dan basa juga terdapat dalam larutan dengan pelarut bukan air, seperti natrium
asetat dalam asam asetat glasial menunjukkan sifat basa. Selain itu suatu asam
dan basa tidak selalu mengandung ion H+ atau OH-, seperti
reaksi antara natrium amida dengan ammonium klorida dalam amonia cair. Fakta
tersebut mendorong J. N. Bronsted (Denmark) dan T. M. Lowry
(Inggris) menyusun pengertian baru tentang asam dan basa.
Asam : zat yang dapat memberikan
proton (donor proton)
Basa : zat yang dapat menerima proton
(akseptor proton). Teori asam - basa Bronsted-Lowry tidaklah bertentangan dengan teori asam - basa Arrhenius, Justru lebih melengkapi. Ion hidroksida tetap bertindak sebagai, karena mampu menerima ion hidrogen dari asam dan juga dari air. asam menghasilkan ion hidrogen dalam larutan sebab asam bereaksi dengan cara memberikan protonnya kepada air. karena proton selalu dihasilkan menurut teori asam-basa arrhenius, berarti semua reaksi asam-basa Arrhenius merupakan reaksi asam-basa Bronsted-Lowry, dengan catatan air terlibat dalam reaksi. apabila air tidak terlibat dalam reaksi, maka penjelasan reaksi asam - basa menggunakan teori asam - basa Bronsted-Lowry.
3. TEORI
ASAM-BASA LEWIS
Pada teori asam-basa Arrhenius tidak dijelaskan perilaku
asam-basa dalam larutan tidak berair dan pada teori asam-basa Bronsted-Lowry
tidak diterangkan akan adanya sistem
yang tidak terprotonasi. G.N. Lewis, pada tahun 1923, mengemukakan teori
asam-basa dalam buku Thermodynamics
and the Free Energy of Chemical Substances . Menurut Lewis:
• Asam: zat/senyawa yang dapat menerima pasangan elektron bebas dari zat/senyawa
lain untuk membentuk ikatan baru.
• Basa: zat/senyawa yang dapat mendonorkan pasangan elektron bebas dari
zat/senyawa lain untuk membentuk ikatan baru.
Proton merupakan asam Lewis. Lewis mengembangkan
reaksi asam-basa yang menyangkut zat/senyawa yang tidak mempunyai atom H dalam
senyawanya. Secara umum, reaksi asam-basa Lewis terjadi apabila ada basa yang
mendonorkan pasangan elektronnya dan asam yang menerima pasangan elektron
tersebut untuk membentuk ikatan baru. Produk yang terjadi dari reaksi
asam-basa Lewis disebut dengan senyawa
kompleks (adduct) dan ikatan yang
terjadi adalah ikatan kovalen koordinasi. Contoh sederhana dari reaksi asam-basa
Lewis adalah reaksi pembentukan ion hidronium dan ion amonium. Pembentukan ion hidronium
Mengapa pada teori asam basa arrhenius harus menggunakan air jelaskan bagaimana itu terjadi
BalasHapusMenurut saya karena air bersifat netral dan senyawa yang mengandung ion H+ dan OH- jika direaksikan dengan air akan mengalami ionisasi. Asam Arrhenius mencakup senyawa seperti HCl, HCN dan H2SO4. Arrhenius juga berpendapat bahwa basa adalah senyawa yang mengionisasi dalam air untuk memberikan ion OH- dan ion positif. NaOH adalah basa menurut Arrhenius karena dapat memisahkan diri dalam air untuk memberikan ion hidroksida (OH-) dan natrium (Na+). reaksinya adalah: NaOH(s) → Na+(aq) + OH-(aq) Teori ini menjelaskan kenapa asam memiliki sifat yang serupa. Sifat yang khas dari asam dihasilkan dari keberadaan ion H+. Ini juga menjelaskan kenapa asam menetralkan basa dan sebaliknya. Asam memberikan ion H+, basa memberikan ion OH-, sehingga ion tersebut membentuk air. H+(aq) + OH-(aq) → H2O(l) .
BalasHapusmenurut saya hal ini terjadi karena Menurut Arrhenius asam adalah suatu zat yang bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidronium( H+ / H3O+ ) sebagai kation dan sisa asam sebagai anion. Sedangkan basa adalah suatu zat bila dilarutkan ke dalam air akan menghasilkan ion hidroksida ( OH– ) sedangkan sisa basanya sebagai kation.
BalasHapushal ini inilah yang menjadi kelemahan teori arhenius dimana hanya bisa menggunakan pelaqrut berair..
asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq). ion H+(aq) tidak berupa proton bebas tetapi terikat secara kimia pada molekul air, membentuk H3O+(aq). Spesi ini dinamakn ion hidronium yang terasosiasi dengan sendirinya melalui ikatan hidrogen dengan sejumlah molekul air. Adanya ion hidronium dan ion hidroksida dalam larutan air akibat swa-ionisasi air Picture1.jpg
BalasHapusDengan demikian, pelarutan asam atau basa ke dalam air akan menggeser reaksi swaionisasi air.
Contoh asam menurut teori Arrhenius adalah HCl. HCl bila dilarutkan kedalam air akan menghasilkan H+ dan Cl- sesuai reaksi
arr1.jpg
contoh basa menurut adalah KOH. KOH bila dilarutkan ke dalam air akan menghasikan K+ dan OH- sesuai reaksi:
arr2.jpg
asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq). ion H+(aq) tidak berupa proton bebas tetapi terikat secara kimia pada molekul air, membentuk H3O+(aq). Spesi ini dinamakn ion hidronium yang terasosiasi dengan sendirinya melalui ikatan hidrogen dengan sejumlah molekul air. Adanya ion hidronium dan ion hidroksida dalam larutan air akibat swa-ionisasi air Picture1.jpg
BalasHapusDengan demikian, pelarutan asam atau basa ke dalam air akan menggeser reaksi swaionisasi air.
Contoh asam menurut teori Arrhenius adalah HCl. HCl bila dilarutkan kedalam air akan menghasilkan H+ dan Cl- sesuai reaksi
arr1.jpg
contoh basa menurut adalah KOH. KOH bila dilarutkan ke dalam air akan menghasikan K+ dan OH- sesuai reaksi:
asam adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air meningkatkan konsentrasi ion H+(aq). Basa adalah zat yang bila dilarutkan di dalam air dapat meningkatkan konsentrasi ion OH-(aq). ion H+(aq) tidak berupa proton bebas tetapi terikat secara kimia pada molekul air, membentuk H3O+(aq). Spesi ini dinamakn ion hidronium yang terasosiasi dengan sendirinya melalui ikatan hidrogen dengan sejumlah molekul air. Adanya ion hidronium dan ion hidroksida dalam larutan air akibat swa-ionisasi air Picture1.jpg
BalasHapusDengan demikian, pelarutan asam atau basa ke dalam air akan menggeser reaksi swaionisasi air.
Contoh asam menurut teori Arrhenius adalah HCl. HCl bila dilarutkan kedalam air akan menghasilkan H+ dan Cl- sesuai reaksi.
menurut saya,karena air bersifat netral sehingga jika suatu zat yang direaksikan dengan air akan cepat mengalami ionisasi dengan sempurna dengan melepaskan ion H+ sebgai asam dan ion OH- sebagai basa.dan inilah salah satu kelemahan dari teori asam menurut arrhenius yaitu terbatas dalam pelarut air,namun tidak dapat menjelaskan reaksi asam-basa dalam pelarut lain atau reaksi tanpa pelarut.padahal Sifat asam dan basa larutan tidak hanya terdapat dalam larutan air, tetapi juga dalam larutan lain seperti amoniak, eter, dan benzena. Akibatnya cukup sulit mengetahui sifat asam dan basa larutan yang sesungguhnya.
BalasHapus........
BalasHapus